Saat ini, dunia tengah diguncangkan oleh mewabahnya COVID-19. Bagaimana tidak, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis terbaru ini telah memakan ribuan korban jiwa. Sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan social distancing.
Virus yang berasal dari China dan menyebar luas ke berbagai negara ini berhasil memporak-porandakan ekonomi dunia dan memicu munculnya krisis baru.
Berbeda dengan krisis tahun 2009 yang bersumber dari keruntuhan sektor keuangan, kali ini krisis datang dari sektor kesehatan dan keamanan masyarakat akibat adanya pandemi virus corona yang hingga Sabtu (28/3) sudah menginfeksi 615.519 orang di seluruh dunia, dengan total kematian 28.717 orang dan 135.735 orang sembuh.
Di Indonesia, data hingga Sabtu (28/3) jumlah orang yang terinfeksi mencapai 1.115 orang, 102 orang meninggal dan 59 orang sembuh.
Kondisi ini tentu berdampak pada perputaran roda perekonomian di dalam negeri. Tak hanya itu, perekonomian secara global otomatis juga terganggu.
Selain itu, pandemi ini juga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Sebagian besar golongan ini bekerja di sektor informal, termasuk mengandalkan upah harian.
Oleh karenanya, apabila penanganan pandemi virus corona memakan waktu terlalu lama, periode pembatasan pergerakan orang juga akan semakin lama, sehingga nantinya golongan yang bekerja di sektor informal akan kehilangan mata pencaharian dan jatuh ke bawah garis kemiskinan.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani membeberkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 2,5 persen bahkan sampai 0 persen jika pandemi covid-19 masih akan berlangsung lebih dari 3 bulan.
Referensi :